Merokok telah lama menjadi penyebab utama berbagai penyakit kronis seperti kanker paru, penyakit jantung, dan stroke. Namun, masih jutaan orang di seluruh dunia yang belum bisa lepas dari candu nikotin. Padahal, berhenti merokok bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang terdekat.
.png)
Mengapa Harus
Berhenti Merokok?
Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
setiap tahunnya, lebih dari 8 juta orang meninggal akibat konsumsi
tembakau — dan lebih dari 1 juta di antaranya adalah perokok pasif yang tidak
pernah menyentuh rokok secara langsung (WHO,
2024).
Di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan RI, prevalensi perokok anak
usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2% (2013) menjadi 9,1% pada tahun 2018.
Meskipun terjadi penurunan menjadi 7,4% pada 2023 (Riskesdas), angkanya masih
mengkhawatirkan dan menandakan bahwa intervensi lebih serius tetap dibutuhkan (Kemenkes
RI, 2023).
Kasus Terkini:
Bukti Nyata Dampak Rokok
1. Lonjakan Kasus
Penyakit Paru di Kalangan Muda (Indonesia)
Pada awal 2024, RSUP Persahabatan, Jakarta, melaporkan peningkatan
pasien muda dengan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), yang
biasanya muncul pada usia 50-an. Ironisnya, beberapa pasien berusia di bawah 30
tahun dan merupakan perokok aktif sejak remaja (Kompas
Health, Jan 2024).
2. Kematian
Mendadak Atlet Muda di Filipina
Seorang atlet basket muda berusia 21 tahun meninggal mendadak akibat
gagal jantung yang dikaitkan dengan kebiasaan merokok berat sejak usia 13
tahun. Kasus ini mengguncang dunia olahraga Asia Tenggara dan menjadi momentum
kampanye #SmokeFreeYouth yang digagas oleh WHO Regional Office for South-East
Asia (WHO SEARO, Feb 2024).
3. Peningkatan
Popularitas Vaping dan Ancaman Baru di AS
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) merilis laporan pada
Maret 2024 bahwa terjadi peningkatan penyakit paru akut akibat penggunaan e-cigarettes
di kalangan remaja AS. Mereka menyimpulkan bahwa rokok elektrik bukanlah
alternatif sehat, melainkan hanya bentuk lain dari adiksi nikotin (CDC
Report, March 2024).
Manfaat Berhenti
Merokok: Terbukti Ilmiah
Berdasarkan Johns Hopkins Medicine, berikut adalah manfaat yang
dapat dirasakan tubuh sejak berhenti merokok:
- 20
menit setelah berhenti: tekanan darah dan detak
jantung menurun.
- 12
jam: kadar karbon monoksida dalam darah turun ke
tingkat normal.
- 2
minggu - 3 bulan: sirkulasi membaik dan fungsi paru meningkat.
- 1
tahun: risiko penyakit jantung koroner turun
drastis.
- 10 tahun: risiko kematian akibat kanker paru turun hingga 50% (Johns Hopkins, 2024).
Langkah Nyata untuk
Berhenti Merokok
1. Konsultasi
Medis
Minta bantuan profesional, baik dokter umum, psikiater, atau layanan
konseling untuk mengatur strategi berhenti merokok. Obat seperti nicotine
replacement therapy (NRT) bisa membantu proses detoksifikasi nikotin.
2. Manfaatkan
Aplikasi dan Komunitas
Gunakan aplikasi seperti QuitNow atau Smoke Free, yang
telah terbukti membantu jutaan orang dunia berhenti merokok melalui dukungan
harian dan pelacak kemajuan.
3. Libatkan
Keluarga dan Teman
Dukungan sosial terbukti menjadi salah satu faktor penting keberhasilan
berhenti merokok. Ceritakan niat baikmu dan minta dukungan dari orang-orang
terdekat.
4. Kenali
dan Hindari Pemicu
Stres, kopi, atau teman perokok bisa menjadi pemicu utama. Gantilah
kebiasaan tersebut dengan aktivitas sehat seperti olahraga ringan atau
meditasi.
Kesimpulan: Saatnya
Mengambil Kendali atas Hidupmu
Berhenti merokok memang bukan hal mudah, tapi manfaat yang akan
dirasakan seumur hidup jauh lebih besar dibanding kesulitan sesaat. Dengan
tekad kuat, dukungan profesional, dan kesadaran akan bahaya nyata rokok, siapa
pun bisa lepas dari jerat nikotin.
"Berhenti merokok bukan tentang kehilangan kebiasaan, tetapi
tentang mendapatkan kembali masa depan." – WHO
Referensi:
WHO. (2024). Tobacco.Kementerian Kesehatan RI. (2023). Data Riskesdas.
CDC. (2024). E-cigarette or Vaping Product Use–Associated Lung Injury (EVALI).
Johns Hopkins Medicine. (2024). The Benefits of Quitting Smoking.
Kompas.com. (2024). Lonjakan Pasien PPOK di Kalangan Muda.
WHO SEARO. (2024). Youth and Tobacco Campaign Launch.
