e-Lifeku- "Kukira Kau Rumah" merupakan film drama Indonesia tahun 2021 yang disutradarai oleh Umay Shahab, diadaptasi dari lagu berjudul sama karya Amigdala. Film ini diproduksi oleh MD Pictures dan Sinemaku Pictures, dengan para pemeran utama antara lain Prilly Latuconsina, Jourdy Pranata, Shenina Cinnamon, dan Raim Laode. Film ini perdana ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021 dan kemudian dirilis di bioskop Indonesia pada tanggal 3 Februari 2022.
![]() |
| "Ilustrasi: Banner Film Kukira Kau Rumah" |
Sinopsis film Kukira kau rumah
Setelah mengalami kejadian tragis jatuh dari atap rumah yang menyebabkan benturan di kepalanya, kehidupan Niskala Widiatmika yang diperankan oleh Prilly Latuconsina mengalami perubahan dramatis. Dampak dari insiden tersebut membuat sikap dan emosinya berubah secara drastis dan tidak stabil. Saat remaja, Niskala didiagnosis menderita gangguan bipolar, suatu kondisi mental yang mempengaruhi suasana hati dan energinya dengan fluktuasi yang signifikan.
Ayahnya, Dedi yang diperankan oleh Kiki Narendra, merasa sangat protektif terhadap Niskala sebagai respons terhadap kondisi kesehatannya. Keprotektifan ini mencapai tingkat di mana Niskala tidak diizinkan melanjutkan pendidikannya dan terisolasi dari dunia luar. Satu-satunya teman-temannya adalah Dinda yang diperankan oleh Shenina Cinnamon dan Oktavinus yang diperankan oleh Raim Laode, dua sahabat sejak kecil yang mendapatkan kepercayaan dari Dedi.
Meskipun Niskala terbatas dalam interaksi sosialnya, Dinda dan Oktavinus tetap menjadi pendukungnya. Ketika Dedi pergi untuk bekerja, Dinda dan Oktavinus dengan setia mengajak Niskala ke kuliah, hal ini dilakukan dengan persetujuan dari ibunya, Mella yang diperankan oleh Unique Priscilla. Dalam perjalanan ini, pertemanan mereka menjadi lebih dari sekadar dukungan moral, melainkan juga suatu bentuk kebebasan dan peluang bagi Niskala untuk merasakan kehidupan di luar batasan yang diimpose oleh kondisinya.
Film ini menggambarkan perjalanan Niskala dalam menemukan makna hidup, mengatasi rintangan, dan menjalin hubungan yang kuat dengan teman-teman yang memahami dan menerima dirinya apa adanya. Suatu hari di kampus, Pram merupakan seorang muriddan terpesona oleh kehadiran Niskala tanpa disadari cinta tumbuh di dalam hatinya. Pram memiliki pekerjaan sebagai pelayan di kafe bernama Antalogi, tempat di mana ia tidak hanya bekerja tetapi juga menyalurkan passion-nya dalam musik akustik. Meskipun demikian, bosnya ragu bahwa jenis musik yang dinyanyikannya cocok untuk atmosfer kafe tersebut.
Tidak putus asa, Pram
berinisiatif untuk membantu Niskala dalam ujian, menawarkan bimbingan. Meskipun
Niskala awalnya menolak, keesokan harinya, ia terkejut mendapati bahwa hasil
ujiannya adalah sempurna. Sesuai dengan perjanjian mereka, Pram mengajak
Niskala, Dinda, dan Oktavinus makan di Antalogi sebagai ungkapan terima
kasih.
Di kafe, Pram dengan percaya diri
mengajak Niskala untuk bernyanyi. Meskipun lagunya bersifat politis dan
menyebabkan beberapa pelanggan meninggalkan tempat, Niskala sangat menyukai
penampilannya. Hubungan mereka semakin dekat seiring waktu, dan ketika rekaman
duet mereka menjadi viral, bos Pram akhirnya memberikan slot jadwal musik untuk
mereka berdua di kafe.
Niskala, yang awalnya terisolasi
oleh kondisinya, menemukan kebahagiaan dan dukungan dalam hubungannya dengan
Pram. Musik menjadi sarana bagi keduanya untuk mengekspresikan diri dan
menemukan pengakuan dari orang lain. Cerita ini menunjukkan perjalanan Niskala dalam
mengeksplorasi hidup di luar batasan dan menemukan cinta dan dukungan dalam
teman-teman dan passion yang baru. Semakin hari, Mella merasa semakin cemas dan
khawatir dengan keberadaan Niskala yang semakin jarang berada di rumah. Ia
mulai menegur Dinda dan Oktavinus, teman-teman dekat Niskala, karena merasa
bahwa mereka mungkin memiliki peran dalam perubahan perilaku Niskala.
Oktavinus, yang merasa stres dan
tertekan oleh situasi, akhirnya meledak dan marah kepada Niskala. Ia
menyalahkan Niskala karena selalu bersama Pram dan bahkan sampai memukul Pram
sebagai bentuk ekspresi amarahnya. Kondisi ini semakin memperdalam keadaan
depresi Niskala. Niskala, dalam keadaan bingung dan terluka, bersikeras bahwa
kebahagiaannya hanya bisa ditemukan bersama Pram dan bukan melalui obat
antidepresan.
Di tengah situasi yang tegang,
Pram memutuskan untuk bertemu dengan Niskala di ruangannya atas persetujuan
Mella. Mereka berdua kemudian keluar bersama. Pertemuan ini membawa kebahagiaan
kembali ke dalam hidup Niskala, dan ia akhirnya menyadari bahwa kebahagiaan
yang sejati tidak hanya bergantung pada satu orang. Niskala mengajukan
permintaan maaf kepada Dinda dan Oktavinus, menyadari pentingnya hubungan
persahabatan mereka.
Meskipun Pram sempat merasa
kecewa karena cintanya terhadap Niskala tidak sesempurna yang ia bayangkan, ia
tetap bersyukur karena masih bisa bersama Niskala. Ini menjadi momen penting
dalam perjalanan karakter mereka, di mana mereka mulai belajar tentang
kompleksitas cinta dan bagaimana mengatasi rintangan bersama-sama. Cerita ini
menggambarkan perjuangan hubungan dan pertemanan di tengah kondisi yang sulit
dan membawa pesan tentang pentingnya dukungan dan pengertian satu sama lain.
Ketika mereka kembali tampil di
Antalogi, Dedi, ayah Niskala, secara kebetulan tidak bekerja dan memutuskan
untuk mengajak Mella, ibu Niskala, berkencan di sana. Dedi mengira bahwa malam
itu akan ada penampilan dari band lain. Namun, ketika mereka tiba, mereka
terkejut melihat Niskala dan Pram di atas panggung.
Reaksi Dedi sangat emosional dan
impulsif. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mendekati Pram dengan agresif,
membuat Niskala terkejut dan merasa sangat sedih. Terkejut oleh kejadian
tersebut, Niskala berlari menuju atap dengan niat untuk mengakhiri hidupnya.
Mella, yang melihat betapa seriusnya situasi ini, berusaha untuk meredakan konflik ini. Ia mencoba untuk menengahi dan mencari solusi yang damai. Ia meminta Dedi untuk berbicara dan mencoba menjelaskan perasaannya kepada Niskala. Namun, Dedi tetap teguh pada pendiriannya dan menolak untuk meminta maaf. Sementara itu, Pram, yang juga terpukul oleh kejadian tersebut, mencoba mendekati Niskala dengan niat untuk membantu. Meskipun Pram berusaha untuk menciptakan rekonsiliasi, keputusan tragis diambilnya dengan melompat dari atap, mengakhiri segalanya.
Setelah kejadian tragis tersebut, Niskala mengunjungi rumah Pram dan bertemu dengan ibunya. Ibu Pram menceritakan bahwa selama Pram pergi, ia secara teratur mengirim pesan suara yang mendeskripsikan perasaannya terhadap Niskala. Saat Niskala mendengarkan pesan pertama, ia terkejut karena mendengar suara Pram memanggilnya dari belakang, menciptakan momen yang penuh emosi dan penuh makna. Kejadian ini memberikan suatu pemahaman bahwa cinta dan pengaruh seseorang dapat terus hidup meskipun fisiknya telah tiada
Isu Kesehatan Mental Bipolar dan Film Kukira Kau Rumah
Film "Kukira Kau Rumah"
mengangkat isu kesehatan mental remaja, khususnya gangguan bipolar yang dialami
oleh tokoh utama, Niskala. Dalam film ini, perubahan emosi tiba-tiba Niskala
dari depresi menjadi manik menjadi fokus utama, namun kurang menjelaskan
karakteristik lebih dalam tentang gangguan bipolar itu sendiri. Meskipun
demikian, film ini berhasil membongkar stereotip masyarakat bahwa penderita
bipolar tidak bisa menuntut ilmu atau mengembangkan bakat mereka.
Data menunjukkan bahwa jumlah
penderita gangguan bipolar setiap tahun cukup signifikan, dan menghadapi mereka
memerlukan kesabaran dan dukungan, terutama dari keluarga dan lingkungan
eksternal. Stigma terhadap penderita bipolar, seperti anggapan bahwa mereka
tidak bisa bersekolah atau berbaur dengan teman, perlu diatasi. Film ini
memberikan pesan bahwa penderita bipolar mampu meraih pendidikan tinggi dan
mengembangkan potensi mereka.
Namun, kritik terhadap film ini
muncul karena kurangnya penjelasan mendalam mengenai gangguan bipolar, sehingga
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Pemaparan hanya tentang perubahan emosi
Niskala tanpa memperhatikan faktor-faktor lain dari gangguan bipolar dapat
membuat remaja di luar sana salah menginterpretasikan gejala yang mereka alami.
Meskipun demikian, film ini memberikan gambaran positif bahwa dengan dukungan dan pemahaman yang tepat, penderita bipolar bisa tetap menjalani kehidupan normal, bahkan mengembangkan bakat mereka. Dengan mematahkan stereotip masyarakat, "Kukira Kau Rumah" memberikan pesan bahwa penderita bipolar seharusnya tidak dianggap rendah dan bisa meraih impian mereka seperti orang lain.

.png)